Minggu, 06 Maret 2016

tafsir tarbawi 1 smster 6



MAKALAH
TAFSIR TARBAWI
(Fungsi Pendidikan)
Dosen pembimbing:
Mahbub Junaidi, M.Th.I
Di susunoleh:
Ellis Maftukhatul ulum
Mery Titiyas Aziz
(Semester VI {Sore})

FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM DARUL ULUM LAMONGAN
2016

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Penyusunan tugas ini bertujuan untuk memenuhi tugas dan kewajiban kami sebagai mahasiswa serta agar mahasiswa yang lain dapat melakukan kegiatan seperti yang kami lakukan. Dalam tugas ini kami akan membahas mengenai “Fungsi pendidikan ”. Dengan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah mendukung kami terutama kepada dosen mata kuliah Tafsir tarbawi selaku pembimbing kami.

Tiada gading yang tak retak, demikian pepatah mengatakan. Kami sadari tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat  membangun sehingga kami dapat memperbaiki kesalahan kami.

Akhir kata kami ucapkan terima kasih. Semoga tugas ini bermanfaat dan berguna bagi kita semua.


 
                                                                                   
                                                                                    


                                                                                    Penyusun,




                                                                                         


DAFTAR ISI

Cover .........................................................................................................................................i
Kata Pengantar...........................................................................................................................i
Daftar Isi ..................................................................................................................................ii
BAB I. Pendahuluan
A.Latar Belakang .....................................................................................................................1
B.Rumusan Masala...................................................................................................................1
C.Tujuan ..................................................................................................................................1
BAB II. Pembahasan
     A.    Pengertian Surat HUD Ayat 61...........................................................................................2
1.      ISI Kandungan Surat Hud Ayat 61........................................................................2
2.      Keterkaitan Surat Hud ayat 61 dengan Pendidikan ..............................................4
    B.     Pengertian Surat An-Nisa` ayat 6 .......................................................................................5
    C.     PENGERTIAN SURAT AR-RUM AYAT 9 .......................................................................6
    D.    PNGERTIAN SURAT AR-ROHMAN AYAT  33 ..............................................................8

BAB III. Penutup
A.    Kesimpulan..........................................................................................................10
B.     Saran ...................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................11

BAB I
PENDAHULUAN
A.      LATAR BELAKANG
Pada hakekatnya, pendidikan Islam adalah suatu proses yang berlangsung secara kontinyu dan berkesinambungan. Berdasarkan hal ini, maka tugas dan fungsi yang perlu diemban oleh pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya dan berlangsung sepanjang hayat. Konsep ini bermakna bahwa tugas dan fungsi pendidikan memiliki sasaran pada peserta didik yang senantiasa tumbuh dan berkembang secara dinamis, mulai dari kandungan sampai akhir hayatnya. Ditinjau dari sudut pandang sosiologis dan antropologis, fungsi utama pendidikan untuk menumbuhkan kreativitas peserta didik dan menanamkan nilai-nilai yang baik. Secara umum tugas pendidikan Islam adalah membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dari tahap ke tahap kehidupan sampai mencapai titik kemampuan optimal. Sementara fungsinya adalah menyediakan fasilitas yang dapat memungkinkan tugas pendidikan berjalan dengan lancar. Telah literatur di atas, dapat dipahami bahwa, tugas pendidikan Islam setidaknya dapat dilihat dari tiga pendekatan. Ketiga pendekatan tersebut adalah ; pendidikan Islam sebagai : pengembangan potensi, proses pewarisan budaya, serta interaksi antara potensi dan budaya.
B.       RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana Pengertian surat HUD ayat 61?
2.      Apa hubungannya surat HUD dengan Pendidikan?
3.      Bagaimana Pengertian Surat An –Nisa` ayat 6?
4.      Bagaimana Pengertian Surat ar-rum ayat 9?
5.      Bagaimana Pengertian Surat Ar-rohman ayat 33?
6.      Apa Hubungan Surat Ar-Rohman dengan pendidikan?
C.      TUJUAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
Untuk mengetahui tafsir qur`an yang menjelaskan tentang Fungsi pendidikan.



BAB II
PEMBAHASAN
A.       Pengertian Surat HUD Ayat 61
Tugas manusia dimuka bumi ini tidak lain adalah untuk memakmurkan bumi, mensejahterakan umat manusia sendiri lebih-lebih lingkungan-nya sebagai tempat tinggal dan menetap. Sebagaimana terurai di dalam al-Qur’an surat Huud ayat 61 :
و إِلَى ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحًا قَاليٰقَوْم اعْبُدُوا۟ اللّٰـهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ َهُوَ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الْأَرْض وَاسْتَعْمَرَكُم فِيهَاَاسْتَغْفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ إِنَّ رَبِّى قَرِيبٌ مُجِيبٌ ْ

Artinya : Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Saleh. Saleh berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertaubatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (do’a hamba-Nya).”(Huud: 61).[1] 
    1.      ISI KANDUNGAN AYAT (IBN KATSIR)
            و (dan) sungguh kami telah mengutus إِلَى ثَمُودَ (Kepada Tsamud) merekalah yang dahulu bertempat tinggal di kota-kota alhajar antara tabuk dan madinah. Mereka adalah generasi setelah aad. Maka Allah mengutus dari mereka أَخَاهُمْ صَالِحًا (saudara mereka Shalih). Dia memerintahkan mereka agar beribadah kepada Allah saja. Untuk itu Ia berkata هُوَ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ (Allah telah menciptakan kamu dari bumi (tanah). Maksudnya, Allah memulai penciptaan kalian dari tanah, dari tanah itulah diciptakanNya Adam bapak kalian.وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا (dan menjadikan kamu sebagai pemakmurnya)

1 Hafizh Dasuki, dkk, Departemen Agama RI ,al-Qur’an dan Terjemah,(Semarang; Tanjung Mas  Inti Semarang,1992),hlm.38  
                   
 maksudnya Allah menjadikan kamu sebagai pemakmur penduduk yang meramaikan bumi dan memanfaatkannya. فَاسْتَغْفِرُوهُ (karena itu mohonlah ampunan kepadaNya) untuk dosa-dosamu yang telah lalu. ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ (kemudian bertaubatlah kepadaNya) pada apa yang akan kamu hadapi. Sesungguhnya Rabbku amat dekat rahmatNya lagi memperkenankan doa hambanya. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al_Baqarah 186 yang Artinya
“Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepadaKu, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintahKu) dan hendaklah mereka beriman kepadaKu, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Al-Baqarah: 186). 
      2.      PENJELASAN REFERENSI LAIN
Maksud dari ayat ini, manusia yang dipercaya oleh Allah sebagai khalifah itu bertugas memakmurkan atau membangun bumi ini sesuai dengan konsep yang ditetapkan oleh yang menugaskan (Allah). Atas dasar ini dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan dalam Al-Qur’an adalah membina manusia secara pribadi dan kelompok sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya guna membangun dunia ini sesuai dengan konsep yang ditetapkan oleh Allah.
Maksud dari manusia sebagai pemakmur bumi adalah; karena manusia itu diciptakan dari tanah yang diambil dari bumi, maka sepatutnya manusia yang bahan utamanya adalah tanah untuk menjaga dan memakmurkannya, sebagai tanda penghargaan atas asal-usul penciptaan mereka. Dengan kekuasaan yang diberikan kepadanya, manusia harus mampu menjaga amanah yang diberikan Allah kepada mereka dalam hal-hal yang menyebabkan bumi itu tetap terjaga dan makmur. Sebaliknya, jika manusia itu dengan kekuasaannya merusak dan menyalah gunakan kekuasaan yang diamanahkan kepadanya, maka secara tidak langsung manusia itu telah menghina asal-usul dari mana mereka diciptakan (tanah).Allah SWT memperhatikan eksistensi manusia di muka bumi, setelah mempeoleh cukup pengetahuan maka Allah SWT menempatkan manusia sebagai eksistensi yang kreatif, sebagaimana termaktub dalam surat Hud ayat 61 “Dan Dia yang menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menugaskan kamu untuk memakmurkan.”
Atas dasar surat huud 61 ini, Quraish Shihab menjelaskan bahwa tujuan pendidikan adalah membina manusia secara pribadi dan kelompok sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya, guna membangun dunia ini sesuai dengan konsep yang ditetapkan Allah. Manusia yang dibina adalah makhluk yang memiliki unsur-unsur material (jasmani) dan immaterial (akal dan jiwa). Pembinaan akalnya menghasilkan ilmu. Pembinaan jiwanya menghasilkan kesucian dan etika, sedangkan pembinaan jasmaninya menghasilkan keterampilan. Dengan penggabungan unsur-unsur tersebut, terciptalah mahluk dwidimensi dalam satu keseimbangan, dunia dan akhirat, ilmu dan iman. Dasar pemikiran di atas tentu saja menuntut umat manusia untuk menempatkan aspek penguasaan ilmu pengetahuan menjadi penting. Pendidikan dalam hal ini, tidak saja menjadi rekomendasi Islam yang bersifat normatif-doktriner, tetapi juga menjadi investasi bagi umat manusia untuk menentukan masa depannya, baik jangka pendek (dunia) maupun jangka panjang (akhirat).[2]
     3.       Kaitannya Dengan Pendidikan
 Kaitannya dengan tujuan pendidikan sebagai berikut:
1.      Mewujudkan seorang hamba yang shaleh
2.      Mewujudkan akan keesaan Tuhan
3.      Mewujudkan manusia yang ahli do’a
4.      Menunjukkan akan luasnya ilmu Tuhan


 
2 M. Abduh, Tafsir al-Manar, Juz III (Beirut : Darul Ma’arif, t.th), hlm. 29
B.       PENGERTIAN SURAT AN-NISA` YAT 6
Allah berkalam:
وَابْتَلُوا الْيَتَامَى حَتَّى إِذَا بَلَغُوا النِّكَاحَ فَإِنْ آَنَسْتُمْ مِنْهُمْ رُشْدًا فَادْفَعُوا إِلَيْهِمْ أَمْوَالَهُمْ وَلَا تَأْكُلُوهَا إِسْرَافًا وَبِدَارًا أَنْ يَكْبَرُوا وَمَنْ كَانَ غَنِيًّا فَلْيَسْتَعْفِفْ وَمَنْ كَانَ فَقِيرًا فَلْيَأْكُلْ بِالْمَعْرُوفِ فَإِذَا دَفَعْتُمْ إِلَيْهِمْ أَمْوَالَهُمْ فَأَشْهِدُوا عَلَيْهِمْ وَكَفَى بِاللَّهِ حَسِيبًا (6)
Artinya:
Dan ujilah anak-anak yatim sampai mereka mencapai usia nikah. Apabila kalian menemukan kecerdasannya maka serahkanlah harta-harta itu kepada mereka. Dan janganlah kalian memakannya dengan berlebih-lebihan dan jangan pula kalian tergesa-gesa menyerahkannya sebelum mereka dewasa.  Barangsiapa (dari kalangan wali anak yatim itu) berkecukupan, maka hendaklah dia menahan diri (dari memakan harta anak yatim) dan barangsiapa yang miskin maka dia boleh memakan dengan cara yang baik. Apabila kalian menyerahkan harta-harta mereka, maka hadirkanlah saksi-saksi. Dan cukuplah Allah sebagai pengawas.

1.      Makna Umum ayat 6:
Bila seorang wali hendak menyerahkan harta anak-anak yatim kepada mereka, dia harus menguji mereka terlebih dahulu, apakah anak tersebut sudah bisa mengelola harta atau belum. Tidak boleh tergesa-gesa dan langsung memberikan tanpa diketahui apakah anak tersebut mampu atau tidak mengurusi hartanya. Ini dilakukan agar hartanya bisa terjaga dari madharat apapun bentuknya.
Apabila anak yatim memang sudah bisa mengurus harta, maka tidak apa menyerahkan harta kepada mereka. Selama wali mengurus anak yatim dan hartanya, tentu saja wali berhak untuk mendapatkan imbalan, sebagai ganti dari keringat dan jerih payahnya. Dia boleh mengambil harta anak yatim sesuai dengan standar gaji pengasuh. Tidak boleh melebihi itu, apalagi mengkorupsinya. Namun, apabila seorang wali anak yatim itu kaya, kehidupannya serba ada dan tidak kekurangan, sebaiknya tidak mengambil harta anak yatim meskipun dia mempunyai hak untuk itu. 
Apabila wali menyerahkan harta kepada anak yatim, Allah memerintahkan untuk mendatangkan saksi yang menyaksikan bahwa wali telah menyerahkan harta kepada anak yatim. Tujuan dari hal ini adalah untuk anak yatim dan wali itu sendiri. Untuk wali supaya dia tidak melakukan kezhaliman apapun dan untuk anak yatim supaya tidak terjadi kericuhan bila suatu saat nanti dia merasa ada harta yang belum dikembalikan. Perintah ini adalah wajib. Makna dari perintah di sini adalah keharusan seorang wali untuk mempersaksikan bahwa amanah yang ada di pundaknya kini telah pindah kepada pemiliknya di depan dua lelaki atau satu lelaki dan dua perempuan. Sehingga ketika suatu saat nanti bila si yatim mengaku bahwa wali belum menyerahkan hartanya, mereka bisa bersaksi. Sebab, bila tak ada saksi, maka yang dipakai adalah perkataan yatim. Dan cukuplah Allah sebagai sebaik-baik pengawas dan saksi. Dia tak bisa dibodohi atau dibohongi. Tak ada syahid yang lebih afdhol dari Allah.

C.      PENGERTIAN SURAT AR-RUM AYAT 9
Allah Berfirman:

أَوَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَيَنْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ كَانُوا أَشَدَّ مِنْهُمْ قُوَّةً وَأَثَارُوا الْأَرْضَ وَعَمَرُوهَا أَكْثَرَ مِمَّا عَمَرُوهَا وَجَاءَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ9 

Artinya : Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi dan memperhatikan bagaimana akibat (yang di derita) oleh orang-orang yang sebelum mereka? Orang-orang itu adalah lebih kuat dari mereka (sendiri) dan telah mengolah bumi (tanah) serta memakmurkannya lebih banyak dari apa yang telah mereka makmurkan. Dan telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata. Maka Allah sekali-kali tidak berlaku zalim kepada mereka, akan tetapi merekalah yang berlaku zalim kepada diri sendiri.(QS. 30:9)
Pada ayat ini Allah SWT memberi peringatan kepada orang-orang musyrik dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah. Mereka sebenarnya selalu bepergian melakukan perdagangan dari Mekah ke Syiria dan Arab selatan dan negeri-negeri yang lain yang berada di sekitar Jaziratul Arab. Dalam perjalanan itu orang melalui negeri-negeri yang dihancurkan oleh Allah SWT, karena mendustakan Rasul-rasul yang telah diutus kepada mereka, seperti negeri-negeri kaum 'Ad, Samud, Madyan dan sebagainya. Umat-umat dahulu kala itu telah tinggi tingkat peradabannya, lebih perkasa dan kuat dari kaum musyrikin Quraisy itu. Umat-umat dahulu itu telah sanggup mengolah dan memakmurkan bumi, lebih baik dari yang mereka lakukan. Tetapi umat-umat itu mengingkari dan mendustakan Rasul-rasul yang diutus Allah kepada mereka, karena itu Dia menghancurkan mereka dengan bermacam-macam malapetaka yang ditimpakan kepada mereka seperti sambaran petir, gempa yang dahsyat, angin kencang dan sebagainya. Demikianlah Sunah Allah yang berlaku bagi orang-orang yang mengingkari agama-Nya dan Sunah itu akan berlaku pula bagi setiap orang yang mendustakan para Rasul, termasuk orang-orang Quraisy sendiri yang mengingkari kerasulan Muhammad saw. Sekalipun Allah SWT telah menetapkan yang demikian, namun orang-orang musyrik tidak mengindahkan dan memikirkannya. 
Ayat ini merupakan peringatan kepada seluruh manusia di mana dan kapanpun mereka berada, agar mereka mengetahui dan menghayati hakikat hidup dan kehidupan, agar mereka mengetahui tujuan Allah SWT menciptakan manusia. Manusia diciptakan Allah adalah sama tujuannya, sejak dahulu kala sampai saat ini juga pada masa yang akan datang, yaitu sebagai khalifah Allah di bumi dan beribadat kepada-Nya. Barangsiapa yang tujuan hidupnya tidak sesuai dengan yang digariskan Allah, berarti mereka telah menyimpang dari tujuan itu dan hidupnya tidak akan diridai Allah. Karena itu bagi mereka berlaku pula Sunah Allah di atas.Akhir ayat ini menerangkan bahwa Allah SWT sekali-kali tidak bermaksud menganiaya orang-orang kafir itu dengan menimpakan azab kepada mereka, tetapi mereka sendirilah yang menganiaya diri mereka sendiri, dengan mendustakan Rasul dan mendurhakai Allah. 


D.      PNGERTIAN SURAT AR-ROHMAN AYAT  33
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi3sbGsZhwHoOUuJgK8sCu3bta8b1E_i_jZf-vAZcT9wkhXKI_DFdRu5cFrKps7Dmfd0a0-3L6YMJMOxy5NQhtogZlxB-5X43iRNPMpoUby8TWAh2nnjQr3SH0sdhXnV5Lpfi0NLXgp__c/s320/Ar-rahman+ayat+33.png
“Wahai golongan jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus
 (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka tembuslah! Kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan (dari Allah Swt.)”. (Surah ar-Rahman/55: 33)

Isi kandungan surah ar-Rahman/55: 33 sangat cocok untuk kalian pelajari karena ayat ini menjelaskan pentingnya ilmu pengetahuan bagi kehidupan umat manusia. Dengan ilmu pengetahuan, manusia dapat mengetahui benda-benda langit. Dengan ilmu pengetahuan, manusia dapat menjelajahi angkasa raya. Dengan ilmu pengetahuan, manusia mampu menembus sekat-sekat yang selama ini belum terkuak. Hebat, bukan?
Manusia diberi potensi oleh Allah Swt. berupa akal. Akal ini harus terus diasah, diberdayakan dengan cara belajar dan berkarya. Dengan belajar, manusia bisa mendapatkan ilmu dan wawasan yang baru. Dengan ilmu, manusia dapat berkarya untuk kehidupan yang lebih baik.
Nabi Muhammad saw. bersabda:

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgT8Wuh6v2bOiRWJDwR-i3COqY3TgCf_pOy-vIn5pKiON38w_FOrjM08dOVMZJ2h_rMFissfc_KCdahGcRFGwig2cKpaLrwibTHSGqwnTt34eVIaaDK3NOvGn3S66h85HrUcHrNywpNutc/s400/Hadis+menuntut+ilmu.png

“Dari Anas ibn Malik r.a. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Menuntut ilmu itu adalah kewajiban bagi setiap orang Islam”. (H.R. Ibn Majah)
Tentang pentingnya menuntut ilmu, Imam Syafi‘i dalam kitab Diwan juga menegaskan:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRBoGvMjdp2sdQkD1dbKKw0X7BYqmPKeg0TV0sjhp97A0a7DIAD92E3xIS0AHCgydMkkW25YioUFCWIgmBpAg-8JM5ezejvRkhEB8DiYob9lJ1CeXykzRJAy_PrzrN4DaCLyVZc2xLhvA/s320/Qaul+Imam+Syafii+%28menuntut+ilmu%29.png

“Barang siapa yang menghendaki dunia, maka harus dengan ilmu. Barang siapa yang menghendaki akhirat maka harus dengan ilmu.”
Nasihat Imam Syafi‘i tersebut mengisyaratkan bahwa kemudahan dan kesuksesan hidup baik di dunia maupun di akhirat dapat dicapai oleh manusia melalui ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan tidak akan mudah diperoleh, kecuali dengan beberapa cara dan strategi yang harus dilalui. Dalam hal ini Imam Syafi‘i dalam kitab Diwan menegaskan:
“Saudaraku, engkau tidak akan mendapatkan ilmu kecuali setelah memenuhi enam syarat, yaitu: kecerdasan, kemauan yang kuat, kesungguhan, perbekalan yang cukup, dan kedekatan dengan guru dalam waktu yang lama.”

Ungkapan Imam Syafi‘i di atas penting diketahui oleh orang-orang yang sedang asyik menuntut ilmu. Cara ini perlu dilakukan agar berhasil. Perlu adanya semangat juang, harus dekat, akrab, dan hormat kepada guru agar ilmunya berkah. Mencari ilmu juga perlu waktu yang lama.







BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Tugas manusia dimuka bumi ini tidak lain adalah untuk memakmurkan bumi, mensejahterakan umat manusia sendiri lebih-lebih lingkungan-nya sebagai tempat tinggal dan menetap. Sebagaimana terurai di dalam al-Qur’an surat Huud ayat 61.
Dengan ilmu pengetahuan, manusia dapat mengetahui benda-benda langit. Dengan ilmu pengetahuan, manusia dapat menjelajahi angkasa raya. Dengan ilmu pengetahuan, manusia mampu menembus sekat-sekat yang selama ini belum terkuak.
Manusia diberi potensi oleh Allah Swt. berupa akal. Akal ini harus terus diasah, diberdayakan dengan cara belajar dan berkarya. Dengan belajar, manusia bisa mendapatkan ilmu dan wawasan yang baru. Dengan ilmu, manusia dapat berkarya untuk kehidupan yang lebih baik.
B.       SARAN
1.  manusia harus menyembah Allah SWT semata-mata. Kita jangan pernah mensekutukanNya.
2.      Marilah membina manusia secara pribadi dan kelompok sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya.
3.    Mari sama-sama membangun dunia ini sesuai dengan konsep yang ditetapkan Allah.









Daftar Pustaka
Langgulung Hasan, 1988 : Pendidikan Islam , (Jakarta : Pustaka Al Husna),
 hlm. 57
Abdul , Muhammad ,1986 : tafsir Al-manar juz 12, : Mesir
.bp.blogspot.com/-VvRi12ND5oM/UliuT2EKemI/AAAAAAAAAJs/mMBJhjw_gD0/s1600  
        /Qaul+Imam+Syafii+(menuntut+ilmu).png 
http://mkitasolo.blogspot.co.id/2011/11/tafsir-surat-nisa-4-ayat-6.html
 






1 komentar:

  1. Lucky Club Casino Site
    If you're not sure whether or not you are playing a card or a game you want to know, then read about Lucky Club and luckyclub.live you can now play  Rating: 3.9 · ‎3 votes

    BalasHapus