MAKALAH
TAFSIR TARBAWI
(Fungsi Pendidikan)
Dosen pembimbing:
Mahbub Junaidi, M.Th.I
Di
susunoleh:
Ellis
Maftukhatul ulum
Mery Titiyas Aziz
(Semester VI {Sore})
FAKULTAS
AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS
ISLAM DARUL ULUM LAMONGAN
2016
KATA PENGANTAR
Puji Syukur
kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Penyusunan
tugas ini bertujuan untuk memenuhi tugas dan kewajiban kami sebagai mahasiswa
serta agar mahasiswa yang lain dapat melakukan kegiatan seperti yang kami
lakukan. Dalam tugas ini kami akan membahas mengenai “Fungsi pendidikan ”.
Dengan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah mendukung kami terutama kepada dosen mata kuliah Tafsir
tarbawi selaku pembimbing kami.
Tiada gading
yang tak retak, demikian pepatah mengatakan. Kami sadari tugas ini masih jauh
dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun sehingga kami
dapat memperbaiki kesalahan kami.
Akhir kata kami
ucapkan terima kasih. Semoga tugas ini bermanfaat dan berguna bagi kita semua.
Penyusun,
DAFTAR ISI
Cover .........................................................................................................................................i
Kata
Pengantar...........................................................................................................................i
Daftar Isi
..................................................................................................................................ii
BAB I. Pendahuluan
A.Latar
Belakang .....................................................................................................................1
B.Rumusan
Masala...................................................................................................................1
C.Tujuan
..................................................................................................................................1
BAB II. Pembahasan
A.
Pengertian
Surat HUD Ayat 61...........................................................................................2
1. ISI Kandungan Surat Hud Ayat 61........................................................................2
2. Keterkaitan Surat Hud ayat 61 dengan Pendidikan
..............................................4
B. Pengertian
Surat An-Nisa` ayat 6 .......................................................................................5
C.
PENGERTIAN
SURAT AR-RUM AYAT 9
.......................................................................6
D.
PNGERTIAN SURAT AR-ROHMAN AYAT
33
..............................................................8
BAB III.
Penutup
A.
Kesimpulan..........................................................................................................10
B.
Saran
...................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Pada
hakekatnya, pendidikan Islam adalah suatu proses yang berlangsung secara
kontinyu dan berkesinambungan. Berdasarkan hal ini, maka tugas dan fungsi yang
perlu diemban oleh pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya dan
berlangsung sepanjang hayat. Konsep ini bermakna bahwa
tugas dan fungsi pendidikan memiliki sasaran pada peserta didik yang senantiasa
tumbuh dan berkembang secara dinamis, mulai dari kandungan sampai akhir
hayatnya. Ditinjau dari sudut pandang sosiologis dan antropologis, fungsi utama
pendidikan untuk menumbuhkan kreativitas peserta didik dan menanamkan
nilai-nilai yang baik. Secara umum tugas pendidikan
Islam adalah membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan peserta
didik dari tahap ke tahap kehidupan sampai mencapai titik kemampuan optimal.
Sementara fungsinya adalah menyediakan fasilitas yang dapat memungkinkan tugas
pendidikan berjalan dengan lancar. Telah literatur di
atas, dapat dipahami bahwa, tugas pendidikan Islam setidaknya dapat dilihat
dari tiga pendekatan. Ketiga pendekatan tersebut adalah ; pendidikan Islam
sebagai : pengembangan potensi, proses pewarisan budaya, serta interaksi antara
potensi dan budaya.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana
Pengertian surat HUD ayat 61?
2.
Apa
hubungannya surat HUD dengan Pendidikan?
3.
Bagaimana
Pengertian Surat An –Nisa` ayat 6?
4.
Bagaimana
Pengertian Surat ar-rum ayat 9?
5.
Bagaimana
Pengertian Surat Ar-rohman ayat 33?
6.
Apa
Hubungan Surat Ar-Rohman dengan pendidikan?
C.
TUJUAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
Untuk mengetahui tafsir qur`an yang menjelaskan tentang Fungsi
pendidikan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Surat HUD Ayat 61
Tugas
manusia dimuka bumi ini tidak lain adalah untuk memakmurkan bumi,
mensejahterakan umat manusia sendiri lebih-lebih lingkungan-nya sebagai tempat
tinggal dan menetap. Sebagaimana terurai di dalam al-Qur’an surat Huud ayat 61
:
و إِلَى ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحًا
قَاليٰقَوْم اعْبُدُوا۟ اللّٰـهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ َهُوَ
أَنْشَأَكُمْ مِنَ الْأَرْض وَاسْتَعْمَرَكُم
فِيهَاَاسْتَغْفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ إِنَّ رَبِّى قَرِيبٌ مُجِيبٌ ْ
Artinya : Dan
kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Saleh. Saleh berkata: “Hai kaumku,
sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah
menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu
mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertaubatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku
amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (do’a hamba-Nya).”(Huud:
61).[1]
1. ISI KANDUNGAN AYAT (IBN KATSIR)
و (dan) sungguh kami telah mengutus إِلَى
ثَمُودَ (Kepada
Tsamud) merekalah yang dahulu bertempat tinggal di kota-kota alhajar antara
tabuk dan madinah. Mereka adalah generasi setelah aad. Maka Allah mengutus dari
mereka أَخَاهُمْ صَالِحًا (saudara
mereka Shalih). Dia memerintahkan mereka agar beribadah kepada Allah saja.
Untuk itu Ia berkata هُوَ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ (Allah telah
menciptakan kamu dari bumi (tanah). Maksudnya, Allah memulai penciptaan kalian
dari tanah, dari tanah itulah diciptakanNya Adam bapak kalian.وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا
(dan menjadikan kamu sebagai
pemakmurnya)
1 Hafizh Dasuki, dkk, Departemen Agama
RI ,al-Qur’an dan Terjemah,(Semarang; Tanjung Mas Inti
Semarang,1992),hlm.38
maksudnya Allah menjadikan kamu sebagai
pemakmur penduduk yang meramaikan bumi dan memanfaatkannya. فَاسْتَغْفِرُوهُ
(karena itu mohonlah ampunan
kepadaNya) untuk dosa-dosamu yang telah lalu. ثُمَّ
تُوبُوا إِلَيْهِ (kemudian bertaubatlah kepadaNya) pada apa yang akan kamu
hadapi. Sesungguhnya Rabbku amat dekat rahmatNya lagi memperkenankan doa
hambanya. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al_Baqarah 186 yang Artinya
“Dan
apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah),
bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa
apabila ia memohon kepadaKu, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala
perintahKu) dan hendaklah mereka beriman kepadaKu, agar mereka selalu berada
dalam kebenaran.” (Al-Baqarah: 186).
2. PENJELASAN REFERENSI LAIN
Maksud
dari ayat ini, manusia yang dipercaya oleh Allah sebagai khalifah itu bertugas
memakmurkan atau membangun bumi ini sesuai dengan konsep yang ditetapkan oleh
yang menugaskan (Allah). Atas dasar ini dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan
dalam Al-Qur’an adalah membina manusia secara pribadi dan kelompok sehingga
mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya guna membangun
dunia ini sesuai dengan konsep yang ditetapkan oleh Allah.
Maksud
dari manusia sebagai pemakmur bumi adalah;
karena manusia itu diciptakan dari tanah yang diambil dari bumi, maka
sepatutnya manusia yang bahan utamanya adalah tanah untuk menjaga dan
memakmurkannya, sebagai tanda penghargaan atas asal-usul penciptaan mereka.
Dengan kekuasaan yang diberikan kepadanya, manusia harus mampu menjaga amanah
yang diberikan Allah kepada mereka dalam hal-hal yang menyebabkan bumi itu
tetap terjaga dan makmur. Sebaliknya, jika manusia itu dengan kekuasaannya
merusak dan menyalah gunakan kekuasaan yang diamanahkan kepadanya, maka secara
tidak langsung manusia itu telah menghina asal-usul dari mana mereka diciptakan
(tanah).Allah SWT memperhatikan eksistensi manusia di muka bumi, setelah
mempeoleh cukup pengetahuan maka Allah SWT menempatkan manusia sebagai
eksistensi yang kreatif, sebagaimana termaktub dalam surat Hud ayat 61 “Dan Dia yang menciptakan kamu dari bumi
(tanah) dan menugaskan kamu untuk memakmurkan.”
Atas dasar
surat huud 61 ini, Quraish Shihab menjelaskan bahwa tujuan pendidikan adalah
membina manusia secara pribadi dan kelompok sehingga mampu menjalankan
fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya, guna membangun dunia ini sesuai
dengan konsep yang ditetapkan Allah. Manusia yang dibina adalah makhluk yang
memiliki unsur-unsur material (jasmani) dan immaterial (akal dan jiwa).
Pembinaan akalnya menghasilkan ilmu. Pembinaan jiwanya menghasilkan kesucian
dan etika, sedangkan pembinaan jasmaninya menghasilkan keterampilan. Dengan
penggabungan unsur-unsur tersebut, terciptalah mahluk dwidimensi dalam satu keseimbangan,
dunia dan akhirat, ilmu dan iman. Dasar pemikiran di atas tentu saja menuntut
umat manusia untuk menempatkan aspek penguasaan ilmu pengetahuan menjadi
penting. Pendidikan dalam hal ini, tidak saja menjadi rekomendasi Islam yang
bersifat normatif-doktriner, tetapi juga menjadi investasi bagi umat manusia
untuk menentukan masa depannya, baik jangka pendek (dunia) maupun jangka
panjang (akhirat).[2]
3. Kaitannya Dengan Pendidikan
Kaitannya dengan tujuan pendidikan sebagai
berikut:
1. Mewujudkan seorang hamba yang shaleh
2. Mewujudkan akan keesaan Tuhan
3. Mewujudkan manusia yang ahli do’a
4. Menunjukkan akan luasnya ilmu Tuhan
B.
PENGERTIAN SURAT AN-NISA` YAT 6
Allah
berkalam:
وَابْتَلُوا الْيَتَامَى حَتَّى إِذَا بَلَغُوا النِّكَاحَ فَإِنْ
آَنَسْتُمْ مِنْهُمْ رُشْدًا فَادْفَعُوا إِلَيْهِمْ أَمْوَالَهُمْ وَلَا
تَأْكُلُوهَا إِسْرَافًا وَبِدَارًا أَنْ يَكْبَرُوا وَمَنْ كَانَ غَنِيًّا
فَلْيَسْتَعْفِفْ وَمَنْ كَانَ فَقِيرًا فَلْيَأْكُلْ بِالْمَعْرُوفِ فَإِذَا
دَفَعْتُمْ إِلَيْهِمْ أَمْوَالَهُمْ فَأَشْهِدُوا عَلَيْهِمْ وَكَفَى بِاللَّهِ
حَسِيبًا (6)
Artinya:
Dan ujilah
anak-anak yatim sampai mereka mencapai usia nikah. Apabila kalian menemukan
kecerdasannya maka serahkanlah harta-harta itu kepada mereka. Dan janganlah
kalian memakannya dengan berlebih-lebihan dan jangan pula kalian tergesa-gesa
menyerahkannya sebelum mereka dewasa.
Barangsiapa (dari kalangan wali anak yatim itu) berkecukupan, maka
hendaklah dia menahan diri (dari memakan harta anak yatim) dan barangsiapa yang
miskin maka dia boleh memakan dengan cara yang baik. Apabila kalian menyerahkan
harta-harta mereka, maka hadirkanlah saksi-saksi. Dan cukuplah Allah sebagai
pengawas.
1. Makna Umum ayat 6:
Bila seorang wali hendak menyerahkan harta anak-anak yatim kepada
mereka, dia harus menguji mereka terlebih dahulu, apakah anak tersebut sudah
bisa mengelola harta atau belum. Tidak boleh tergesa-gesa dan langsung
memberikan tanpa diketahui apakah anak tersebut mampu atau tidak mengurusi
hartanya. Ini dilakukan agar hartanya bisa terjaga dari madharat apapun
bentuknya.
Apabila anak yatim memang sudah bisa mengurus harta, maka tidak apa
menyerahkan harta kepada mereka. Selama wali mengurus anak yatim dan hartanya,
tentu saja wali berhak untuk mendapatkan imbalan, sebagai ganti dari keringat
dan jerih payahnya. Dia boleh mengambil harta anak yatim sesuai dengan standar
gaji pengasuh. Tidak boleh melebihi itu, apalagi mengkorupsinya. Namun, apabila
seorang wali anak yatim itu kaya, kehidupannya serba ada dan tidak kekurangan,
sebaiknya tidak mengambil harta anak yatim meskipun dia mempunyai hak untuk
itu.
Apabila wali menyerahkan harta kepada anak yatim, Allah
memerintahkan untuk mendatangkan saksi yang menyaksikan bahwa wali telah
menyerahkan harta kepada anak yatim. Tujuan dari hal ini adalah untuk anak
yatim dan wali itu sendiri. Untuk wali supaya dia tidak melakukan kezhaliman
apapun dan untuk anak yatim supaya tidak terjadi kericuhan bila suatu saat
nanti dia merasa ada harta yang belum dikembalikan. Perintah ini adalah wajib.
Makna dari perintah di sini adalah keharusan seorang wali untuk mempersaksikan
bahwa amanah yang ada di pundaknya kini telah pindah kepada pemiliknya di depan
dua lelaki atau satu lelaki dan dua perempuan. Sehingga ketika suatu saat nanti
bila si yatim mengaku bahwa wali belum menyerahkan hartanya, mereka bisa
bersaksi. Sebab, bila tak ada saksi, maka yang dipakai adalah perkataan yatim.
Dan cukuplah Allah sebagai sebaik-baik pengawas dan saksi. Dia tak
bisa dibodohi atau dibohongi. Tak ada syahid yang lebih afdhol dari Allah.
C.
PENGERTIAN
SURAT AR-RUM AYAT 9
Allah
Berfirman:
أَوَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَيَنْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ كَانُوا أَشَدَّ مِنْهُمْ قُوَّةً وَأَثَارُوا الْأَرْضَ وَعَمَرُوهَا أَكْثَرَ مِمَّا عَمَرُوهَا وَجَاءَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ9
Artinya : Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di
muka bumi dan memperhatikan bagaimana akibat (yang di derita) oleh orang-orang
yang sebelum mereka? Orang-orang itu adalah lebih kuat dari mereka (sendiri)
dan telah mengolah bumi (tanah) serta memakmurkannya lebih banyak dari apa yang
telah mereka makmurkan. Dan telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka
dengan membawa bukti-bukti yang nyata. Maka Allah sekali-kali tidak berlaku
zalim kepada mereka, akan tetapi merekalah yang berlaku zalim kepada diri
sendiri.(QS. 30:9)
Pada ayat ini Allah SWT memberi
peringatan kepada orang-orang musyrik dan orang-orang yang mendustakan
ayat-ayat Allah. Mereka sebenarnya selalu bepergian melakukan perdagangan dari
Mekah ke Syiria dan Arab selatan dan negeri-negeri yang lain yang berada di
sekitar Jaziratul Arab. Dalam perjalanan itu orang melalui negeri-negeri yang
dihancurkan oleh Allah SWT, karena mendustakan Rasul-rasul yang telah diutus
kepada mereka, seperti negeri-negeri kaum 'Ad, Samud, Madyan dan sebagainya.
Umat-umat dahulu kala itu telah tinggi tingkat peradabannya, lebih perkasa dan
kuat dari kaum musyrikin Quraisy itu. Umat-umat dahulu itu telah sanggup
mengolah dan memakmurkan bumi, lebih baik dari yang mereka lakukan. Tetapi
umat-umat itu mengingkari dan mendustakan Rasul-rasul yang diutus Allah kepada
mereka, karena itu Dia menghancurkan mereka dengan bermacam-macam malapetaka
yang ditimpakan kepada mereka seperti sambaran petir, gempa yang dahsyat, angin
kencang dan sebagainya. Demikianlah Sunah Allah yang berlaku bagi orang-orang
yang mengingkari agama-Nya dan Sunah itu akan berlaku pula bagi setiap orang
yang mendustakan para Rasul, termasuk orang-orang Quraisy sendiri yang
mengingkari kerasulan Muhammad saw. Sekalipun Allah SWT telah menetapkan yang
demikian, namun orang-orang musyrik tidak mengindahkan dan memikirkannya.
Ayat ini merupakan peringatan kepada seluruh manusia di mana dan kapanpun mereka berada, agar mereka mengetahui dan menghayati hakikat hidup dan kehidupan, agar mereka mengetahui tujuan Allah SWT menciptakan manusia. Manusia diciptakan Allah adalah sama tujuannya, sejak dahulu kala sampai saat ini juga pada masa yang akan datang, yaitu sebagai khalifah Allah di bumi dan beribadat kepada-Nya. Barangsiapa yang tujuan hidupnya tidak sesuai dengan yang digariskan Allah, berarti mereka telah menyimpang dari tujuan itu dan hidupnya tidak akan diridai Allah. Karena itu bagi mereka berlaku pula Sunah Allah di atas.Akhir ayat ini menerangkan bahwa Allah SWT sekali-kali tidak bermaksud menganiaya orang-orang kafir itu dengan menimpakan azab kepada mereka, tetapi mereka sendirilah yang menganiaya diri mereka sendiri, dengan mendustakan Rasul dan mendurhakai Allah.
Ayat ini merupakan peringatan kepada seluruh manusia di mana dan kapanpun mereka berada, agar mereka mengetahui dan menghayati hakikat hidup dan kehidupan, agar mereka mengetahui tujuan Allah SWT menciptakan manusia. Manusia diciptakan Allah adalah sama tujuannya, sejak dahulu kala sampai saat ini juga pada masa yang akan datang, yaitu sebagai khalifah Allah di bumi dan beribadat kepada-Nya. Barangsiapa yang tujuan hidupnya tidak sesuai dengan yang digariskan Allah, berarti mereka telah menyimpang dari tujuan itu dan hidupnya tidak akan diridai Allah. Karena itu bagi mereka berlaku pula Sunah Allah di atas.Akhir ayat ini menerangkan bahwa Allah SWT sekali-kali tidak bermaksud menganiaya orang-orang kafir itu dengan menimpakan azab kepada mereka, tetapi mereka sendirilah yang menganiaya diri mereka sendiri, dengan mendustakan Rasul dan mendurhakai Allah.
D.
PNGERTIAN
SURAT AR-ROHMAN AYAT 33
“Wahai
golongan jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus
(melintasi) penjuru langit dan bumi, maka
tembuslah! Kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan (dari
Allah Swt.)”. (Surah ar-Rahman/55: 33)
Isi kandungan
surah ar-Rahman/55: 33 sangat cocok untuk kalian pelajari karena ayat
ini menjelaskan pentingnya ilmu pengetahuan bagi kehidupan umat manusia. Dengan
ilmu pengetahuan, manusia dapat mengetahui benda-benda langit. Dengan ilmu
pengetahuan, manusia dapat menjelajahi angkasa raya. Dengan ilmu pengetahuan,
manusia mampu menembus sekat-sekat yang selama ini belum terkuak. Hebat, bukan?
Manusia diberi
potensi oleh Allah Swt. berupa akal. Akal ini harus terus diasah, diberdayakan
dengan cara belajar dan berkarya. Dengan belajar, manusia bisa mendapatkan ilmu
dan wawasan yang baru. Dengan ilmu, manusia dapat berkarya untuk kehidupan yang
lebih baik.
Nabi Muhammad
saw. bersabda:
“Dari Anas ibn
Malik r.a. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Menuntut ilmu itu adalah
kewajiban bagi setiap orang Islam”. (H.R. Ibn Majah)
Tentang
pentingnya menuntut ilmu, Imam Syafi‘i dalam kitab Diwan juga
menegaskan:
“Barang siapa
yang menghendaki dunia, maka harus dengan ilmu. Barang siapa yang menghendaki
akhirat maka harus dengan ilmu.”
Nasihat Imam
Syafi‘i tersebut mengisyaratkan bahwa kemudahan dan kesuksesan hidup baik di
dunia maupun di akhirat dapat dicapai oleh manusia melalui ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan tidak akan mudah diperoleh, kecuali dengan beberapa cara dan
strategi yang harus dilalui. Dalam hal ini Imam Syafi‘i dalam kitab Diwan menegaskan:
“Saudaraku,
engkau tidak akan mendapatkan ilmu kecuali setelah memenuhi enam syarat, yaitu:
kecerdasan, kemauan yang kuat, kesungguhan, perbekalan yang cukup, dan
kedekatan dengan guru dalam waktu yang lama.”
Ungkapan Imam
Syafi‘i di atas penting diketahui oleh orang-orang yang sedang asyik menuntut
ilmu. Cara ini perlu dilakukan agar berhasil. Perlu adanya semangat juang,
harus dekat, akrab, dan hormat kepada guru agar ilmunya berkah. Mencari ilmu
juga perlu waktu yang lama.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Tugas manusia dimuka bumi ini tidak lain adalah
untuk memakmurkan bumi, mensejahterakan umat manusia sendiri lebih-lebih
lingkungan-nya sebagai tempat tinggal dan menetap. Sebagaimana terurai di dalam
al-Qur’an surat Huud ayat 61.
Dengan ilmu pengetahuan, manusia dapat
mengetahui benda-benda langit. Dengan ilmu pengetahuan, manusia dapat
menjelajahi angkasa raya. Dengan ilmu pengetahuan, manusia mampu menembus
sekat-sekat yang selama ini belum terkuak.
Manusia diberi potensi oleh Allah Swt. berupa
akal. Akal ini harus terus diasah, diberdayakan dengan cara belajar dan
berkarya. Dengan belajar, manusia bisa mendapatkan ilmu dan wawasan yang baru.
Dengan ilmu, manusia dapat berkarya untuk kehidupan yang lebih baik.
B.
SARAN
1. manusia harus menyembah Allah SWT
semata-mata. Kita
jangan pernah mensekutukanNya.
2. Marilah membina manusia secara pribadi dan kelompok sehingga mampu menjalankan
fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya.
3. Mari sama-sama membangun dunia ini
sesuai dengan konsep yang ditetapkan Allah.
Daftar Pustaka
Langgulung Hasan, 1988 : Pendidikan Islam ,
(Jakarta : Pustaka Al Husna),
Abdul
, Muhammad ,1986 : tafsir Al-manar juz 12, : Mesir
.bp.blogspot.com/-VvRi12ND5oM/UliuT2EKemI/AAAAAAAAAJs/mMBJhjw_gD0/s1600
/Qaul+Imam+Syafii+(menuntut+ilmu).png
http://mkitasolo.blogspot.co.id/2011/11/tafsir-surat-nisa-4-ayat-6.html